Sabtu, 30 Agustus 2008
Tjahjo Wisanggeni
Nama : Tjahjo Wisanggeni
Album : From The Other Side (Solo album,1992), Visible But Untouched (Nosferatu,1993)
Gear : Fender Stratocaster, Bogner Amplifier
Influences : Yngwie J Malmsteen, Steve Vai, Jason Becker, Michael Brecker
Guitar Fave : Fender Stratocaster, Ibanez JEM 7 VWH, Ibanez UV 777 PBK
Soloing Amps Fave : Bogner, Soldano, Plexi Marshall Head.
Rhythm Amps Fave : Mesa Boogie Triple Rectifier, 1960's Fender Black Face (Clean Sound), Randall Ultrasonic, Fender Bullet (For Practicing).
Guitarist Impian : Seseorang dengan tehnik seperti Rusty Cooley, Pengetahuan seperti Scott Henderson, Sound seperti Steve Vai, phrasing seperti Michael Brecker.
Penampilan terbaik : 2004 "World Trade Center" Surabaya
Penampilan terburuk : 1992 San Diego
Guru Fave : Edward O'Brien
Murid Fave : Aldy Agustiansyah
Band Fave : Led Zeppelin, ACDC, Beatles, Cirque De Soleil, Pink Floyd, Pantera
Lagu Fave : Far Beyond The Sun (Yngwie J Malmsteen), For The Love Of God (Stve Vai), All The Things Your Are (Hammerstein/Kern), Corcovado (Johim), Dolphin Dance (Herbie Hancok), Best That You Can Do (Arthur's Theme), God Father Themes, Rayuan Kelapa (Ismail Marzuki), Cinta Kta dan Good Nite Good Bye (Tjahjo Wisanggeni), Hey Jude (The Beatles), Alegria Cirque De Soleil, Star Pangled Banner
Musisi Indo Fave : Indra Lesmana, Ismail Marzuki, Syahrani, Inang Noorsaid, Abadi Soesman in "God Bless Cermin"
Guitar Sound Fave : Rising Force (Yngwie J Malmsteen), Passion And Warfare (Steve Vai), Waiting For The Punchline (Extreme), Machine Head (Deep Purple), Mechanical Spin Phenomena (Mnemic), Far Beyod Driven (Pantera), Summer Nights (Joe Pass)
Lagu pertama yang dipelajari : Tak kusangka (Panbers)
Tertarik Gitar karena : Melihat teman SD bermain "Romance De Amor"
Guitarist Fave : Ritchie Blackmore, Jimi Hendrix, James Hetfield, Dimebag Darrel, Scott Henderson, Donny Suhendra, Marty Friedman, Zakk Wylde, Joe Pass, SRV, Brian Setzer
Guitarist Indo muda berbakat : Andre Dinuth, Himen Garde, Steven "Metal Boy", Aldy Agustiansyah, Angga, Rama Satria, Firman Al Hakim, Prasicko Noah, Indra W Prasetyo, Irvan Z tu, Ponco Satrio
Album Fave : Pink Floyd,'s The Wall, Steve Vai's Passion And Warfare And Flexable, Yngwie J Malmsteen's Rising Force, Joe Pass's Summer Nights
Pay Siburian
Pay Siburian adalah salah seorang musikus Indonesia, sekaligus personel grup band beraliran rock, BIP. Di mana personel mereka terdiri dari, Bongky, Indra dan Reynold.
Pria yang pernah terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta itu telah merilis dua album bersama BIP, masing-masing Turun Dari Langit dan Min Plus.
Pay sendiri pernah bergabung dengan Slank sejak tahun 1989 dan langsung ikut rekaman perdana dengan Slank pada 1990. Di mana saat itu personilnya terdiri dari Pay, Bimbim, Bongky, Indra dan Kaka.
Berikut wawancara Pay bersama Maysan dan Wiwik Wibowo dari Gitaris.com:
Halo Pay! Bisa ceritakan awal karir Anda bermusik?
Dari awal saya sudah mulai jadi player… ngisi-ngisi aja. Saya bukan arranger, saya player saja. Slank sendiri sudah mulai dari tahun 1988, saya masuk Slank pada tahun 1989. Kemudian saya kenal dengan beberapa produser dan coba-coba nawarin demonya Slank, akhirnya ketemu dan Slank diambil. Tahun 1990 Slank mulai rekaman.
Kapan Pay mulai belajar bermain gitar?
Sejak SD kelas 4 saya sudah main.
Setelah Anda tamat sekolah apakah Anda mempunyai kegiatan lain?
Saya sekolah malah ngga selesai nih :)) SMA kelas 3 saya tidak terusin udah berantakan sekali karena saya banyak ngeband sana sini, ujian saya tinggalin. Waktu itu saya lagi senang-senangnya dengan musik.
Pada masa itu Pay sendiri pernah terobsesi tidak, ingin menjadi siapa?
Steve Vai kali yah.. ketika tahun 88-89 Vai masih bersama David Lee Roth.
Pada masa itu apakah Anda sering membawakan lagu-lagu idola Anda?
Ya, saya suka membawakan lagu-lagu Van Halen!
Lagu-lagu tersebut kebanyakan Anda bawakan di mana?
Sebelum Slank, kita sering bawakan lagu-;agu tersebut di kampus-kampus, SMA-SMA atau acara-acara biasa.
Apa yang membuat Anda serius dengan profesi ini?
Hm.. itu mengalir begitu saja sih yah.. saya merasa nikmat sekali main gitar itu, saya tidak pernah berpikir entarnya harus bagaimana :). Yang jelas waktu itu gua latihan, gua ngulik terus sampai sekarang ini.
Sejak kapan Anda merasa nyaman dengan kemahiran Anda dalam bermain? Misalnya sampai Anda bisa improvisasi blues dan sebagainya?
Itu banyak faktor sih ya, misalnya dari banyak nge-jam atau pengalaman batin (soul). Secara teknis sih mungkin banyak gitaris yang bisa main, tetapi begitu ngeband koq ngga asyik. Jadi sebagai gitaris kita itu jangan terlena untuk main seperti gitaris lain, cobalah untuk bermain dengan gaya sendiri. Ada saatnya di mana kita harus melepaskan idola kita dan kapan kita mendapatkan jati diri kita.
Sejak kapan Anda tidak memainkan lagu orang lain lagi?
Sejak saya pertama rekaman bersama Slank, sejak orang lain bisa menerima permainan saya. Sejak itu saya tidak pernah lagi membawakan lagu orang lain. Kita sangat konsekwen sekali dalam membawakan lagu kita sendiri. Kalau kita tidak bawain, masa kita mengharap orang lain yang mau membawain? :)
Ketika Pay membawakan lagu orang lain, apakah Pay itu main seperti lagu aslinya atau kebanyakan diimprovisasi?
Nah itu :) Setiap kali ngulik sih ngga pernah terlalu dapat, perasaan gua :) Jadi banyak di tengahnya ngarang gitu :) Memang kadang-kadang susah banget aslinya hahaha. Dulu itu kan belum seperti sekarang, kaset VHS aja banyak banget kan… ada buku, video, dan sbgnya. Itu kaset sampai bulug kali saya bolak balik terus.. :))
Kalau kita perhatiin permainan Anda agresif dan bagus sekali ketika di album Slank yg pertama baik dari segi teknik maupun dari sisi lainnya.
Saya pribadi sih lebih senang album Slank yang ke-4 (Generasi Biru) yah. Di album pertama itu saya masih cari-cari ciri dan warna saya sendiri. Album terakhir lebih ke musikalitas. Untuk sekarang ini, teknik itu mungkin perlu .. tapi bukan hanya itu yang saya andalkan.
Sebelum Anda bergabung dengan Slank, apakah pernah ada kendala dengan profesi Anda sebagai gitaris?
Ketika itu sebagai anak muda yang masih polos banget, saya belum kepikir atau takut. Soalnya waktu itu belum ada contoh seseorang yang berprofesi sebagai gitaris dan sukses, mas Ian Antono sendiri waktu itu juga belum apa-apa. Kadang-kadang saya sempetin ngajar ke beberapa murid untuk senar atau apa gitu.
Kebanyakan mas Pay itu lebih sering mengajar di Sekolah Musik atau privat?
Ya, semacam itulah bisa dikatakan dari teman ke teman. Kalau sekolah musik belum pernah dan ngga tahu gimana caranya.
Kami denger-denger mas Pay ini otodidak yah?
Banget banget…
Menurut Anda teori musik itu wajib ngga sih untuk semua gitaris, terutama pemula?
Teknis itu perlu, teori itu perlu… tapi bukan cuman itu. Teori itu kan hanya mempermudah…. namanya musik kalau kita main itu enak didenger kenapa ngga?
Untuk seorang gitaris pemula, dengan hanya mengandalkan feeling tanpa kemampuan teknis apakah bisa?
Coba kalau Anda berfikir secara orisinilitas, mungkin dia tidak belajar dengan teknik yang ada tetapi dia mempunyai cara tersendiri, walaupun mungkin agak melawan arus. Itu bisa dikatakan sebagai bakat, jadi teknik yang ada ini membuat kita itu sama saja dengan yang sudah ada. Misalnya skill yang sama atau cara vibra yang sama atau cara main yang benar… sebenarnya yang bener itu tidak ada, itu relatif sekali.
Selama ini ada tidak musisi Indonesia yang turut membantu atau menjadi sahabat Anda? atau saling berbagi ilmu?
Edi Kemput kali yah… kebetulan waktu itu Bimbim dan Rere (drummer Grass Rock) suka latihan di Potlot. Jadi kadang-kadang saya suka melihat permainan Edi.
Hm berarti pergaulan sangat dibutuhkan sekali oleh seorang gitaris yah?
Ya, itu dinamakan habitat. Kita harus sering tukar ilmu dengan teman kita supaya kita tidak mentok dan berkembang terus. Kita tidak perlu gengsi untuk masalah itu. Kita tidak perlu menilai siapa yang lebih senior, tetapi kalau memang ada yang main lebih bagus dari saya, kenapa saya tidak bertanya kepadanya?
Ketika Anda jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe, permainan Anda mengalir dan spontan begitu saja. Apakah ada inspirasi atau referensi yang membuat Anda dapat bermain seperti itu?
Referensi sih wajib yah, tetapi untuk bermain rock yang basic banget itu blues yah… blues tuh no.1 kalau mau jadi pemain gitar. Di mana kita perlu nge-jam spontan.
Sebenarnya sejak kapan mas Pay itu merasa bisa main blues?
Kalau saya mungkin terbalik yah, kalau di luar negeri kan blues menjadi basic yah… baru mereka mempelajari yang sulit-sulit. Kalau saya waktu itu udah belajar ke mana-mana, habis itu baru belajar blues. Tetapi ngga apa-apa, yang penting saya masih belajar. Waktu itu yang saya tahu main bluesnya bagus… itu pemain bass saya si Bongky, kadang-kadang kalau kita nge-jam berdua saya merasa anjrit nih orang, mainnya jago banget. Waktu itu saya masih banyak main lagu orang lain :)
Pernah tidak Pay merasa ingin menjadi Shredder seperti Yngwie gitu?
Pernah donk, tetapi untuk sekarang ini tidak terlalu ya karena waktu itu kan ada Vai, Yngwie segala yah. Sekarang ini saya lebih ke musikalitas.
Mas Pay sendiri ada rencana untuk bikin solo album instrumental?
Hm tidak sih, saya tidak sehebat itu. Untuk saat ini tidak ingin menjadi gitaris yang terlalu bagaimana, yang penting orang bisa menilai saya dari musikalitas. Dari membuat sebuah lagu menjadi asyik didenger orang.
Sejak kapan sih fans Anda mulai memperhatikan permainan Anda atau sadar akan kelebihan dari permainan Anda? Mungkin sejak album Slank atau BIP?
Kita akan mulai merasa begitu kalau sudah menulis lagu sendiri, sejak kita melepas semua atribut2 itu dan menjadi diri kita sendiri. Dari situ saya merasakan fans saya mulai memperhatikan permainan saya. Kalau saya sendiri saya tidak mau terbatas dengan misalnya saya main dangdut, dangdut aja. Karena yang saya anggap soul itu bukan musiknya… cara mengekspresinya ini …. saya main musik jazz atau rock, expresi itu versi gua.
Sebenarnya porsi Pay itu untuk lagu dan solo gitarnya berapa persen?
Sebenarnya ini kerja 1 team yah… banyak sih waktu karena saya pemain gitar… banyak chord dasar itu dari saya dan nanti pengembangannya bareng-bareng.
Proses pembuatan lagu ketika Anda di Slank dan sekarang ini sudah berbeda jauh tidak?
Tidak, itu masih kebawa. Kita bikin lagu tidak pernah direncanain terlebih dahulu, kita merem datang sendiri, tidak punya materi apa2 .. ngarang di tempat.. jadi.. begitu aja. Bisa di mana saja, di rumah bisa, di studio bisa.. spontan saja.
Kita sering denger 1 band bisa ngumpul bareng-bareng dan lantas bisa tiba-tiba bikin lagu…
Itu dari jam terbang mungkin yah .. memang saya sejak main gitar itu udah mulai ngejam-ngejam .. ngarang2 walaupun berantakan.. waktu itu yakin aja gitu.
Pay sendiri punya solo gitar favorit tidak dari lagu Slank atau BIP?
Mungkin banyak di album ke-4 kali yah? Judulnya Hey…Bung!
Mas Pay bisa dibilang kolektor gitar tidak?
Dulu pernah, tapi sekarang tidak lagi… saya dulu pernah kena drugs sampai saya jualin semua. Begitu saya udah sembuh saya mulai dari nol lagi, saya ngumpulin lagi. Sekarang saya diendorse oleh Ibanez.
Untuk saat ini Anda memiliki berapa gitar?
Sat ini saya punya 4 buah gitar. 2 bh gitar Ibanez, 1 bh Fender & 1 bh Telecaster.
Saya pernah melihat Anda mengunakan Ibanez Reb Beach Model, apakah gitar ini masih Anda pakai?
Ya, masih.
Ketika Anda merekam lagu “Ke Rumah Kak Butet” di album Gitar Klinik, gitar apa yang Anda gunakan?
Wah waktu itu saya tidak punya gitar, kalau tidak salah saya malah pinjam. :)
Bagaimana ceritanya Anda bisa diundang untuk main di Gitar Klinik? Apakah ada seleksi terlebih dahulu untuk main di album itu?
Hm.. itu dari Irfan yang kontak saya, dia bilang kita rame-rame yuk bikin Gitar Klinik, ada Eet dan lain-lain. Tidak ada seleksi.
Menurut Anda gitaris Indonesia yang mainnya paling OK siapa?
Eet donk! Mungkin cuman Eet dan Edy Kemput saja yah. :)
Mengapa Anda memilih mas Eet dan Edy Kemput? Mungkin punya alasan tertentu?
Karena menurut saya nada yang Eet pilih bagus sekali, nusuk ke jantung gitu lho. Apalagi waktu saya lagi demen-demen lagu yang beatnya keras, soundnya dia dapat… semuanya deh!! pas banget buat saya. :) Kalau Edy Kemput, not dia yang mainin aneh-aneh deh.
Apakah Anda cukup senang dgn perkembangan musik saat ini?
Saya rasa, kalau seru sih lebih seru dulu yah? Sekarang tuh mungkin orang lebih nyantai mainnya, lebih simple.
Kira-kira di zaman apa itu yang Anda maksud seru?
Zamannya Hard Rock, waktu itu orang lebih usaha mau jadi pemain band… gimana dulu baru bisa :) Dibandingkan dengan dulu itu, tantangannya lebih berat. Kalau yang sekarang itu lebih instant, lebih cepat naik lebih cepat hilang…
Menurut Anda permainan Anda lebih terpengaruh gitaris mana? Kalau kami denger dari lagu yang ada di album Gitar Klinik sepertinya Anda sangat terpengaruh dgn permainan Joe Satriani?
Iya sih, saya suka banget sama dia! Juga Michael Lee Firkins, seperti di album Gitar Klinik itu saya ada main slide cuman tidak menggunakan slide tetapi tremolo.
Bagaimana rasa Anda ketika Anda bermain bersama Eet dan Ian Antono?
Waktu itu saya sempat bangga, saya kirain Ali Akbar mengajak saya itu hanya bercanda-canda saja. Ternyata jadi, saya sempat panik juga :) Pembuatan musik untuk acara itu malah dibebanin ke saya, akhirnya saya buatin juga. :) Mas Eet sempat mengubah chord progresi yang saya buat ketika itu, berhubung chord yang saya buatin itu kurang enak buat solo dia! :)
Mengenai sound yang gunakan ketika pertama kali rekaman dengan Slank, apakah Anda menemukan kesulitan? mengingat sound gitar selalu beda antara main live dgn rekaman?
Kebetulan studio yang kami gunakan itu komplit sekali, mereka punya satu efek namanya Rocktron yang simulasinya jika dimasukin ke mixer, bunyinya seperti ditodong dari mic. Waktu itu gitar yang saya pakai juga dari studio tersebut, saya sendiri malah tidak bawa gitar.
Kira-kira berapa lama yang Anda butuhkan untuk mendapatkan sound yang Anda inginkan ketika rekaman pertama slank itu? Apakah sampai berhari-hari?
Tidak sampai berhari-hari, kebetulan Rocktron itu simple dan mudah sekali digunakan.
Mengingat toko musik di Indonesia tidak menjual semua produk yang ada. Apakah untuk mencari perlengkapan yang Anda butuhkan, Anda harus mengunjungi semua toko musik yang ada? Misalnya cari sound effect atau amplifier?
Tidak, saya hanya masuk 1 toko, begitu saya test ok, jadi deh!
Perlengkapan musik apa yang sedang Anda gunakan saat ini?
Untuk amplifier saya pakai Laney, untuk effect: Marshall, untuk gitar memang dari dulu saya cocoknya pakai Ibanez dan saya memang diendorse oleh BNG (Distributor Ibanez untuk Indonesia).
Untuk amplifier Laney, apakah memang sesuai dengan Anda atau hanya karena Anda diendorse oleh BNG?
Kebetulan sound yang saya inginkan itu, bisa saya temukan di amplifier Laney tsb.
Menurut Anda studio di Indonesia yang benar-benar bagus itu ada di mana?
Menurut saya yang bagus itu cuman studio baru Aquarius, menurut saya itu udah bagus banget, pantes menjadi idaman semua orang Indonesia. Kebetulan saya juga rekaman di situ.
Kami denger Anda pernah mengisi lagu Nicky Astria dan Deddy Dorres. Apakah dari produser meminta Anda harus bermain sesuai dengan trend atau diberi kebebasan sepenuhnya?
Mereka kasih saya musiknya, saya biasanya beri mereka pilihan. Kecuali saya bikin solo album.
Sebagai seorang player, apakah pernah merasa dunia Internet itu membantu kegiatan Anda?
Tentu saja, kadang-kadang saya suka browsing ke website Joe Satriani (satriani.com), saya ingin lihat dia pakai perlengkapan apa saja. Kebetulan dia juga ada album dengan judul “Strange Beautiful Music”, album favorit Joe Satriani saya adalah album lamanya: “Surfing With The Alien”.
Apakah Anda sudah berkeluarga?
Tentu saja sudah. Kebetulan istri saya itu penyanyi :)
Apakah Anda mempunyai kerutinan latihan setiap hari?
Tentu saja, saya hampir setiap hari mengarang lagu dengan berbagai gaya musik. Kadang-kadang saya sempetin juga fingering untuk melemaskan jari, minimal 2-3 jam per hari deh.
Untuk proses pembuatan lagu apakah Anda juga menggunakan computer/MIDI seperti halnya gitaris modern lainnya?
Saya memang setiap harinya bermain dengan computer… untuk perekaman dan editing saya menggunakan software Protoors.
Bagaimana kebebasan setiap personil BIP dalam menciptakan lagu?
Sebebas-bebasnya, asal lagu yang tersebut enak saja. That’s OK.
Sejauh ini Anda pernah manggung di manca negara? Dan bagaimana respon mereka?
Pernah, di Malaysia. Respon mereka asyik deh… ada beberapa yang sudah kenal dan ada beberapa dari mereka yang memang mengikuti Slank. Waktu itu kami memang sedang mempromosikan album BIP.
Ok, terima kasih atas wawancaranya, Pay! Thanks a lot! :)
Ok, sama-sama! :)
ANDRA ( DEWA 19 )
Andra Junaidi dilahirkan sebagai anak bungsu dari enam bersaudara hasil per-
nikahan pasangan A. Ramadhan dan S.M. Fadilah pada tanggal 17 Juni 1972.
Andra mengaku terlambat kenal musik, karena nanti SMP lewat ekskul musik
lah baru ia mulai tertarik pada musik. Pertama ia bermimpi untuk menjadi seo-
rang drummer terkenal, tapi karena masalah biaya dan setelah melihat teman-
nya asyik memetik gitar, hobinya pun berganti. Bermodal gitar pinjaman, ia mulai belajar gitar, dan memang karena bakat, kemampuan dan teknik permai-
nannya berkembang sangat pesat.
Di SMPN 6 inilah, Andra bertemu dengan Dhani, Wawan, dan Erwin kemudian mereka sepakat untuk membentuk band dengan nama Dewa. Aliran rock yang pertama mereka geluti akhirnya pindah ke jazz akibat pengaruh Erwin.
Masalah kemudian bergelayut pada kehidupan Andra yaitu ketika ia harus me- milih antara karirnya sebagai pemusik atau meneruskan kuliahnya di jurusan
desain interior. Dengan pertimbangan yang matang, akhirnya Andra memilih untuk terus meniti karir di dunia musik, tapi bukan berarti langkahnya tetap
mulus, karena kedua orang tuanya tidak setuju kalau Andra harus melepaskan bangku kuliahnya. Layaknya orang tua biasa, mereka ingin melihat Andra meraih gelar sarjana seperti kelima kakaknya yang sudah selesai. Tapi akhirnya kedua orang tuanya mau mengerti dan memang terbukti pilihan Andra tepat. Setelah melepaskan kuliahnya, konsentrasinya ke Dewa 19 membuat kreativi-
tasnya lebih tergali. Kontribusi Andra terhadap komposisi lagu Dewa 19 tak bisa dipungkiri.
Andra yang termasuk 'Nice Boy' karena tidak merokok, minum minuman keras, atau kecanduan obat berasumsi bahwa Dewa 19 tidak bisa dikatakan band yang terbaik di Indonesia. Masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, tuturnya. Memang sifat rendah hati dan patientnya ini membuat ia disenangi banyak orang. (mungkin juga ini yang membuat Lia kepincut.. :))
Band Legenda Favorit : Led Zeppelin, The Police, Duran Duran, U2, Rush
Band Sekarang Favorit : Simak Dialog, Garbage, Weezer
Keyboardis Favorit : Indra Lesmana
Gitaris Favorit : Dave Navarro, Scott Henderson, Pat Metheny
Bassis Favorit : Flea, Jeff Berlin
Drummer Favorit : Jeff Porcaro, Abe Laboriel
Vokalis Cewek Favorit : Alanis Morisette
Vokalis Cowok Favorit : Bono, B Corean
Film Favorit : Toy Story, Heat, The Hand That Rock The Craddle
Serial TV Favorit : Coach, Bart Simpsons, X-Files
Aktor/Aktris Favorit : Robert De Niro, Joe Pesci, Tsui Hark
Model Favorit : Nadya Hutagalung, Cara Croft
Tempat Santai Favorit : PI Mall, Kamar, Bioskop
Mobil Gacoan : Opel Blazer
HIDE( X- JAPAN )
Nama Asli: Hideto Matsumoto
Tempat/Tgl Lahir: Kanagawa, Yokohama / 13 Desember 1964
Gaya Permainan: Hard Rock
Group Band: X-Japan, Saver Tiger
Pengaruh musikal: Kiss, Bow Wow
Gitar Yang Digunakan: Fernandes MG-120X,ESP
Ampli : Marshall
Ia mulai mengenal musik keras saat berusia 15 tahun ketika salah satu temannya memperkenalkan musik dari grup rock seperti Kiss dan BowWow. Sejak saat itu, Hide begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki penampilan visual yang nyentrik dan stylish. Jepang pada waktu itu sedang dilanda demam musik pop dari artis luar seperti Michael Jackson. Rock menjadi musik yang termasuk underground. Keinginannya menjadi pemain band mulai tumbuh dan ia berniat ingin memiliki band sendiri dengan mulai mempelajari gitar. Setahun kemudian, ia mendapatkan gitar elektrik pertamanya Gibson Les Paul Deluxe.
Band pertama pun dibentuk bersama teman-teman sebayanya dengan nama Saver Tiger. Band tersebut berkarakter musik seperti Kiss dan Hide berposisi sebagai lead gitaris dan penulis lagu-lagunya. Kemudian bersama bandnya mulai tampil di beberapa bar. Dengan cepat bandnya menjadi salah satu grup yang populer di Yokosuka. Namun setelah mengalami pergantian formasi sebanyak 8 kali akhirnya pada tahun 1987 band tersebut dihentikan.
Tak lama setelah menghentikan bandnya, Hide kemudian menerima telpon dari seseorang bernama Yoshiki yang memiliki band bernama X. Yoshiki sedang membutuhkan gitaris, dan prestasi Hide ditingkat lokal membuat Yoshiki tertarik untuk merekrutnya. Ia pun setuju meski tak akan pernah menyangka bahwa band ini kelak akan merubah seluruh jalan hidupnya. Pada Januari 1987, Hide secara resmi bergabung dengan X. Personel X saat itu adalah Yoshiki (drum & piano), Toshi (vocal), Taiji (bass), Pata (gitar) dan Hide (lead gitar). Ia menggagas konsep Visual Shock atau penampilan yang super nyentrik pada band barunya tersebut.
Album debut perdana Vanishing Love direlease tahun 1988 dengan mengandalkan hits Kurenai lansung menggebrak. Setahun berikutnya album Blue Blood yang menjagokan 3 hits : X,Week End, dan satu lagu slow Endless Rain. Lagu keras dengan dipadukan dengan warna symphony dan penampilan yang nyentrik membuat band ini makin bersinar. Tahun 1991 X menelurkan album Jealousy yang mengandalkan 2 hits Silent Jealousy dan Say Anything. Secara perlahan band ini mulai meruntuhan dominasi musik pop, apalagi saat itu dunia musik sedang dilanda demam Guns N' Roses yang cukup berpengaruh juga untuk merubah paradigma masyarakat Jepang terhadap jenis musik ini.
Hide pun mulai dijagokan sebagai icon musik rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan khusus untuk musik mereka dengan nama J-Rock. Berbeda dengan band Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang juga namun warna musiknya lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hyde memiliki warna tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya. Tahun 1994 Hide meluncurkan album solonya hide Your Face dan dilanjutkan dengan album Psyence. Ia menghasilkan karya-karya seperti Misery, Beauty & Stupid, HI-Ho/Good Bye dan MIX LEMONed JELLY.
Tahun 1996, Hide kembali masuk ke studio rekaman bersama X yang telah berubah nama menjadi X-Japan dikarenakan ada band di Amerika yang juga memiliki nama X. Album barunya diberi nama Dahlia. Banyak pengamat musik menilai album ini adalah album masterpiece X-Japan dikarenakan dari 10 lagu, setidaknya 8 lagunya merupakan jagoan semua. Lagu-lagu tersebut seperti Dahlia, Scars, Longing (Togireta Melody), Rusty Nail, Crucify My Love, Tears, Drain, dan Forever Love. Album itu makin memperkokoh nama X-Japan sebagai band rock nomor satu di Jepang dan berakibat semakin meluasnya ketenaran X-Japan sampai ke negara-negara lain seperti Korea, Hong Kong, Cina, dan Taiwan.
Satu tahun kemudian, dikarenakan sang vocalis Toshi ingin bersolo karir, terjadilah perpecahan pada X-Japan sehingga mereka akhirnya menyatakan bubar. Namun tuntutan para fans-fans fanatiknya yang ingin melihat sekali lagi penampilan X-Japan membuat Yoshiki dan Hide sepakat untuk menggelar X-Japan Last Live. Konser yang diadakan tanggal 31 Desember 1997 ini dipadati oleh puluhan ribu penonton. Sebuah konser yang sangat spektakuler dengan tata cahaya yang super brilian, dan desain panggung yang luar biasa dan konsep yang apik menjadikan konser tersebut sebagai salah satu konser terbaik sepanjang sejarah musik Jepang. Setelah konser berakhir, praktis tak ada lagi penampilan X-Japan.
Setelah X-Japan bubar, Hide melanjutkan proyek solonya. Ia merelease album Rocket Dive. Ia juga sempat bekerjasama dengan band asal Amerika, Zilch. 27 April 1998 ia kembali ke Jepang setelah sebelumnya sempat tinggal di L. A. selama beberapa waktu untuk beberapa proyeknya. Tanggal 1 Mei, setelah merayakan promo singlenya di Fuji TV, ia mabuk dan pulang ke Tokyo. Namun keesokan harinya ia ditemukan telah tewas. Dunia musik Jepang sangat terguncang mengingat yang tewas adalah seorang pelopor J-Rocks sejati. Upacara kematian Hide digelar di Kuil Honganji. Upacara itu dipadati lebih dari 50.000 J-Rockers (fans J-Rocks) diluar kuil dan membentuk barisan sepanjang lebih dari 1 km sedangkan 12.000 lainnya didalam lingkungan kuil.
Beberapa bulan kemudian, Yoshiki menggelar konser penghormatan kepada Hide. Acara itu juga dihadiri oleh Kiss, Slash, Marylin Manson dan band-band yang ia orbitkan (kelak juga merajai panggung musik J-Rocks), Glay, dan Luna Sea. Tak lupa pula Toshi dan Yoshiki yang merupakan rekan Hide semasa di X-Japan melantunkan 2 buah lagu, Forever Love dan Tears. Puluhan ribu orang menangisi kepergian Hide sang pionir musik-musik J-Rocks. Ia lah yang mempopulerkan Visual Kei ala J-Rocks dan Visual Shock yang kini dianut oleh semua artis-artis J-Rocks. Bahkan kini di Yokohama dibangun museum Hide yang didalamnya disimpan memorabilia Hide seperti gitar, kostum, CD, mobil, dsb.
Langganan:
Postingan (Atom)